Kabar baik bagi pengguna app dompet Bitcoin Android.
Celah kritikal di Android yang membuat pengguna dompet Bitcoin
berpotensi kecurian itu sudah ditambal oleh Google.
Pekan lalu, Bitcoin Foundation mengumumkan penemuan kelemahan
kritikal tersebut dan menuding OS Android Google sebagai penyebab celah
pada random number generator yang dipakai untuk mengamankan sistem
pembayaran tunai elektronis.
Menurut Bitcoin, random number generator,
yang menyediakan input yang dipakai untuk membuat private keys yang
dibutuhkan untuk menciptakan Bitcoin wallet, mengandung bug yang telah
dieksploitasi untuk mencuri saldo dari beberapa pengguna app dompet
Bitcoin.
Security engineer Google Android Alex Klyubin mengakui adanya bug
tersebut dalam posting blognya. Ia menyebutkan, angka-angka acak yang
dibuat oleh Android memang lemah secara kriptografis.
“Kami sekarang tahu bahwa aplikasi yang menggunakan Java Cryptography
Architecture (JCA) untuk membuat key, signing, atau pembuatan angka
acak mungkin tidak menerima angka-angka ketat secara kriptografis pada
perangkat Android karena inisialisasi yang kurang tepat dari PRNG di
bawahnya,” jelas Klyubin.
“Aplikasi yang langsung mengaktifkan sistem yang disediakan OpenSSL
PRNG tanpa inisialisasi eksplisit pada Android juga terpengaruh.
Aplikasi yang membentuk hubungan TLS/SSL dengan menggunakan HttpClient
dan java.net classes tidak terpengaruh karena classes tesebut mengambil
OpenSSL PRNG dengan nilai dari /dev/urandom.”
Klyubin menyarankan para developer yang menggunakan JCA untuk membuat
key, signing atau random number generation meng-update aplikasi-nya
agar secara eksplisit menginisialisasi PRNG dengan entropy dari
“/dev/urandom or /dev/random”. Para developer juga harus menentukan
apakah harus me-regenerate cryptographic keys atau angka-angka acak yang
sebelumnya dibuat dengan JCA APIs.
Sayangnya, patch yang dikeluarkan Google, yang memastikan bahwa
Android OpenSSL PRNG diinisialisasi dengan benar, sehingga memperbaiki
cacat, mungkin tidak bisa diperoleh oleh semua pengguna Bitcoin yang
harus meng-update OS mobile-nya sesegara mungkin.
Ini, menurut Klyubin,
karena patch tersebut disediakan pada “para mitra OHA”. Istilah “para
mitra OHA” merujuk pada Open Handset Alliance, yang anggotanya mencakup
produsen handset Android seperti Samsung, HTC dan Sony Ericsson, dan
operator telepon genggam lain.
Intinya, tambalan celah alias update OS ini perlu kerjasama dari tiga
pihak: Google, pemasok layanan ponsel dan produsen smartphone.
Source : PC-Plus
Posting Komentar